Pelajaran ke 2 : “Kerendahatian”
Dalam Kisah para rasul 7: 25,
stefanus mengatakan bahwa musa mengetahui bahwa ia memang akan menjadi pembebas
bangsa israel. Musa telah membunuh seorang mandor mesir dalam usahanya untuk
membebaskan bangsa israel dengan kekuatannya sendiri. Ia telah berusaha menjadi
seorang pembebas tanpa berpikir sama sekali mengenai Allah. Namun, bagaimanakah
keadaan musa setelah usaha yang dilakukan itu gagal? Lihatlah seberapa jauh
musa telah terus dibentuk Allah. Musa tidak lagi tinggal di sebuah istana,
tetapi di tengah padang gurun
(Merendahkan Hati). Ia bukan memimpin sebuah bangsa melainkan kawanan domba
(Merendahan Hati).Ia tidak lagi melayani Firaun yang agung, tetapi ia melayani
mertuanya (Merendahkan Hati).
Apa yang dialami musa tersebut
bukanlah semacam retret akhir pekan. Musa menjalani 40 tahun yang panjang di
padang gurun, belajar untuk bersekutu dengan Allah, juga keluar dari kesesatan
dan pemikiran rohani yang berbahaya dari budaya mesir, dan memilah-milah
kebenaran yang telah diajarkan orang tuanya dan yitro mertuanya.
Ketika Allah memanggil Musa di akhir
tahun-tahun yang panjang itu, apakah yang telah dipelajarinya? Musa telah
belajar untuk puas dengan menjadi seorang gembala rendahan. Musa telah
mempelajari kelemahan-kelemahannya sendiri. Ia telah mulai belajar memiliki
hati yang lemah lembut ditengah kehidupan padang belantara yang keras (Bilangan
12: 3).
_EAS_
Sumber referensi : Seri Terang Ilahi "Amarah dan Harga yang harus dibayar"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar